Selasa, 22 Januari 2013

SALAH SAMBUNG


Senja telah menutupi sebagian langit, kerlip bintang datang menghiasi langit. Namun, tak mengisyaratkan datangnya  malam  pada hati gadis yang tengah jatuh cinta. Sebuah benda kotak berwarna hitam  tak terlepaskan dari tangan Rini. Kini Sebagian hidupnya telah tertuang ke dalam benda tersebut.
Kriinngg....  dering pesan singkat diterima oleh Rini. Nomber ponsel baru.
Rini seorang gadis desa yang tengah duduk di bangku IX sebuah SMP jauh dari kota. Rini gadis berusia bunga yang sedang mekar. Gadis yang terkenal dengan sopan santun dan ramah kepada setiap orang, anak dari seorang loper koran harian.
Rasa bahagia yang tengah ia rasakan sekarang melebihi dari kebahagiannya sebagai juara kelas. Seorang pria yang jaraknya cukup jauh, iya.. setelah berulang kali ditanyakan, pria tersebut mengaku dari buleleng tepatnya lovina. Anak dari seorang pegawai sebuah hotel di lovina.
Angga,iya pria itu bernama angga, ketika itu angga masih bersekolah di SMA TRIATMA JAYA. Usianya setahun lebih besar dari Rini. Setelah sekian lama diam-diam Rini menyimpan rasa terhadap angga, demikian juga angga. Tak perlu pertemuan, tapi kedua hati mereka saling meyakini. Sosok pria yang sangat mengerti sifat Rini, dan perasaan sayang yang Rini rasakan membuat sekian banyak pria yang mendekatinya tak mampu menembus hatinya. Hanya bayang wajah angga yang dapat dirasakan dari sekian foto yang di kirim melalui MMS. Rini merasa hari-harinya selalu ditemani oleh angga.
Iyaa,,, ketika hal itu terjadi, kartu perdana ponsel rini rusak, tak tau kenapa.. kini rini kehilangan kontak dengan angga. No handphone milik angga yang teringat samar-samar di dalam benak rini tak berhasil ia hubungi. Berbagai cara telah rini lakukan, tetapi tetap satu pun tak berhasil. Rangkaian kisah selama dua tahun lenyap begitu saja. Jalinan asmara mengambang tak tau kemana jalannya. Janji-janji yang telah terucap tak pernah tau kepada siapa harus ditepati. Rasa berdosa yang amat dirasakan rini hingga menghantui disetiap langkahnya.
Lenyap... perasaan itu lenyap seketika. Kini rini telah duduk di bangku SMA selama satu semester. Seorang lelaki pindahan dari SMA lain datang di kelas rini. Awalnya biasa saja, karena lelaki itu sudah ia kenal dari keluarga bibinya. Entah mengapa teja lelaki pindahan itu membawa aura lain. Dan rini merasakan aura itu sama ketika ia menjalin kasih dengan angga. Pandang mata yang terjadi selama enam bulan tak menghasilkan sebuah kisah nyata dalam hidup rini. Tetap yang rini tunggu hanya datangnya sebuah kabar dari angga.
Angga adalah teja, tapi bukan ia adalah cintaku yang jauh. Dan aku akan mengejarnya walaupun sekarang aku harus sendiri mengarungi perasaan ini hingga sampai ke tempat yang aku dan ia impikan. Sayang.. kamu berada  di mana sekarang? Aku rindu dengan suara manja mu ketika membangunkan aku di pagi hari, aku kangen dengan sapaan manismu ketika mengingatkan ku untuk makan, tapi nyatanya kamu sendiri belum makan, kan?. Tunggu, aku datang ke tempat mu, aku akan menjaga semua kata-kata ku. kamu cari aku di tempat yang kamu bilang ya... aku datang dengan baju berwarna merah.. kamu suka warna merah kan ? iya.. aku akan mengumpulkan uangku untuk membeli baju seperti yang pernah kamu bilang.
Sebagian kertas telah basah ketika rini menuangkan rasa rindunya kepada angga. Rini tak mampu mengalihkan perasaannya kepada teja. Namun, janji yang ia pegang, hingga kini ia telah lulus dari SMA rini tak sempat menjalin kasih dengan teja.
Ayah, ibu.. sekarang rini sudah tamat dari SMA. Rini ingin melanjutkan cita-cita rini ke jenjang perkuliahan. Cita-cita rini ingin menjadi seorang guru. Sekarang rini ingin melamar di perguruan tinggi Undiksha Singaraja.
Ning, bapak tentu bangga memiliki anak perempuan seperti mu, bapak bangga dengan cita-cita mu sekarang tetapi cobalah tanya ibu mu dahulu !
Ibu, bagaimana ? ibu mampu membiayai rini untuk kuliah? Rini ingin sekali seperti saudara-saudara ayah yang telah berhasil menjadi guru. Rini ingin menepati kata-kata odah. Rini ingin membanggakan keluarga ayah dan ibu.
Ning, perasaan ibu, sama seperti ayah mu, tetapi ibu masih meragukan keadaan ekonomi keluarga kita. Ibu takut dipertengahan jalan kamu terputus karena biaya, dan kamu tahu itu akan lebih memalukan bagi ibu. Cobalah kamu sekarang bekerja dahulu, setelah uang mu terkumpul barulah kamu melanjutkan bersekolah, tentu ibu dan bapak akan tetap membantumu. Bapak mu memiliki banyak relasi, coba bapak hubungi salah satu di antara mereka, siapa tahu rini bisa bekerja sambil kuliah.
Kembali rini tak mampu menahan bendungan air matanya, kini pelan-pelan air matanya membasahi pipinya hingga terjatuh dengan deras. Di satu sisi, rini tak mau membantah keinginan kedua orang tuanya dan lebih tersiksa lagi jika rini berpura-pura menuruti kehendak orang tuanya.  Doa, dan hanya berdoa yang bisa ia lakukan untuk mewujudkan keinginannya.
Tuhan, aku tahu  keinginan ku ini terlalu besar hingga membuat orang tua ku berpikir keras. Tapi tuhan, aku ingin datang ke kota itu. Aku memiliki harapan banyak di tempat itu. Segala impianku ada di sana. Entah mengapa tuhan aku begitu yakin dengan tekad ku sekarang. Tuhan ku yang maha pemberi segalanya. Berikanlah aku petunjuk jalan sinar suci mu agar kedua orang tua ku bisa mengabulkan keinginan ku. bantulah aku tuhan..
Semua teman sekolahnya rini telah selesai mengurus administrasi ke jenjang perkuliahan tetapi rini masih tetap saja bingung. Ia tak mampu menjawab apa ketika ditanya oleh teman dan guru-guru di sekolahnya. Setiap hari yang ia lihat dan ia dengar hanya nama-nama perguruan tinggi yang mengaku terbaik dengan biaya yang tak satupun terjangkau ditelinganya. Satu moment telah berlalu, penerimaan mahasiswa jalur pertama telah usai. Rini tetap tidak menghiraukan desah kesusahan teman-temannya mencapai perguruan tinggi. Kini yang tertinggal hanya jalur yang terakhir. Rini kembali terhenyak dengan tekadnya untuk melanjutkan studinya.
Rini.. ibu dengar kamu tidak akan melanjutkan lagi ? kamu anak yang pintar, mengapa kamu tidak melanjutkan dan menyianyiakan kesempatan mu di awal ?
Saya tidak di izinkan melanjutkan oleh kedua orang tua saya bu, saya terbelit biaya. Apakah ibu bisa memberikan saya solusi agar saya bisa ,melanjutkan? Saya ingin sekali melanjutkan ke perguruan tinggi Undiksha bu..
Ibu tidak bisa membantu banyak rini, saran ibu kamu coba saja mendaftar ke perguruan tinggi yang kamu inginkan jika kamu mampu menembus Undiksha ibu dengar di sana ada banyak beasiswa, mudah-mudahan kamu bisa mencari beasiswa untuk menjadi biaya tambahan untuk kamu kuliah.
Benarkah ibu ? kalau begitu saya akan mencobanya.
Iya, rini memang gadis yang pandai dan mudah berteman. Rini berhasil menembus Undiksha untuk mewujudkan impiannya. Tabungan yang ia miliki, digunakan untuk biaya pendaftaran. Tanpa berpikir panjang, ia ikut dengan temannya mengurus segala persyaratan pendftarannya. Sedikit pun dia tidak mengabari kepada orang tuanya.
Sayang, aku sudah berhasil diterima di undiksha. Sekarang aku akan datang ke tempat mu. Aku datang dengan segala impian ku dan impian kita. Di mana pun kamu berada sekarang tapi aku harap akan segera bisa bertemu dengan mu.
Kedua orang tua rini sudah tidak mampu menahan niat anaknya yang begitu besar. Tibalah sekarang rini di kota singaraja. Rini dititipkan kepada pamannya. Kebahagiannya kembali menghampiri rini, kini ia berhasil memeperoleh beasiswa yang akan membiayai perkuliahannya hingga wisuda. Betapa pun bahagianya sekarang, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia tetap mencari keberadaan sebagian hatinya yang telah bertahun-tahun telah hilang. 
Iya... saat itu seorang pembantu bibinya bercerita kepadanya.
Pcarmu dari mana, rin ?
Rini menceritakan semua perjalanan percintaannya. Dan ternyata, pembantu itu dengan semangat menceritakan tentang lovina. Dengan segala kisah percintaan orang-orang di dalamnya. Rini kembali terhenyak sendiri.
Apa yang bisa aku lakukan kini? Bagaimana aku bisa bertemu dengan mu. Kedatangan ku ke tempat ini sudah tak ada artinya. Penantian ku tak ada tanda satupun. Siapa yang telah melenyapkan mu dari pandangan ku.
Enam bulan telah berlalu. Kali pertama rini merayakan hari raya jauh dari keluarga. Harapannya rini bisa bertemu dengan angga di hari suci ini. Rini bersembahyang ke lovina. Meminta kepada sepupunya agar merayakan hari suci di pantai lovina. Tetap, harapannya agar ia bisa bertemu dengan angga di tempat tersebut. 
Mata hari, telah menjauhi langit, dan digantikan dengan sinar bulan purnama. Tak seindah bulan mendekap langit, tak secerah bintang menyinari gelapnya malam, dan tak semerdu suara ombak yang berirama. Tetesan air mata kembali menggenagi pipi rini. Tak satupun lelaki yang bisa ia tebak, bahwa itu adalah angga.
Sampai saat ini silih berganti lelaki yang datang mengisi kekosongan waktunya. Tenang, dalam wajhnya tetap terlihat tenang, gembira, dan jauh dari masalah. Nyatanya rini bertubi-tubi dihadapkan dengan ingatannya kepada angga.
Walaupun aku tak  bisa bertemu dengan mu, tolong lepas bayangan mu dari diriku. Aku tak mengusir mu, bukannya aku ingin menghapus kisah mu. Diamlah dalam otak ku, dan kau ciptakan kisah baru untukku. Sekarang kamu pergi, aku yakin kepergian mu sekarang, hanya untuk kembali. Iya.. aku yakin itu sayang.
Kisah terakhir yang rini tulis dalam catatan kisahnya yang sudah  hampir lapuk. Memejamkan mata dan tak mau lepas dari ingatan itu, ketika berusaha menulis setiap  kisahnya. Berharap ada yang ingin membaca dan datang untuk mengakui kisahnya.

1 komentar:

  1. ceritanya bagus
    surprise nya dpt, kiraen endingnya bkalan ktemu..:/

    BalasHapus