Minggu, 30 Desember 2012

BERBAGI SUKACITA UNTUK SESAMA



 Hay guys... apakah kalian salah satu anak muda yang peduli dengan alam ataupun sesama?
Kalau tidak, mari mulai dari sekarang. Tidak perlu dengan jumlah yang besar, mulai saja dengan        hal-hal yang kecil.  
 Beberapa pekan yang lalu, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa  Undiksha (MPM Undiksha) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan menyelenggarakan Baksos dan penanaman bibit pohon. Kegiatan tersebut dilaksanakan di beberapa daerah di kabupaten Buleleng.  kawasan yang pertama yang menjadi sasaran adalah Panti Asuhan Benih Kasih, kemudian SD Negeri 1 Panji, dan terakhir Pura Ponjok Batu. Kegiatan ini diselenggarakan beberapa pekan yang lalu bertepatan dengan kegiatan tengah kepengurusan MPM periode 2012/2013. Dengan bertemakan “Meningkatkan rasa pedulu dan cinta kasih terhadap sesama” kegiatan diawali dengan penyerahan bantuan berupa perlengkapan alat tulis, pakaian dan sembako di Panti Asuhan Benih Kasih di desa Banyupoh kecamatan Gerokgak. Kegiatan penanaman pohon sebanyak 20 bibit pohon Naga Sari, Cendana, dan Majegau yang disebar di areal sekolah. Terakhir pembersihan di Pura Ponjok Batu.
Rangkaian kegiatan ini diketuai oleh I Wayan Parmadi dan dibuka secara resmi oleh Bapak Pembantu Rektor III, Drs. I Gusti Ngurah Pujawan, M. Kes di depan perpustakaan Undiksha. Kegiatan ini turut disukseskan oleh perwakilan masing-masing HMJ, Senat Mahasiswa, dan beberapa anggota dari Badan Eksekutip Mahasiswa. “ Kalian sebagi generasi penerus dan calon sarjana harus tetap mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi agar dapat berguna kelak kalian telah usai menempuh pendidikan di Universitas ini. Di samping itu pula, melalui kegiatan ini, saya juga mengharapkan kebersamaan di antara kalian utamanya kerjasama antar ormawa serta belajar menjalin kerjasama dengan masyarakat” ungkap bapak PR III di selah-selah pemberian sambutannya.
Melalui kepanitiaan yang telah dibentuk tiga minggu sebelum pelaksanaan, seluruh kegiatan selesai dalam waktu dua hari, sabtu 24 – 25 November 2012. Melalui kegiatan ini seluruh panitia berharap segala upaya yang telah dilakukan dapat diterima oleh pihak yang diajak bekerjasama. “ Jangan melihat apa yang kami berikan, tapi lihatlah niat dan ketulusan kami” ungkap salah seorang anggota MPM. 
 



Ikutan main yuks.....!



Hay sobat. Apakah kamu tau tempurung kelapa?  Nah, ternyata tempurung kelapa bisa kita jadikan permainan. Permainan ini cukup unik lho. Namanya adalah METEKLEK-TEKLEKAN. Uniknya nama ini diberikan karena sesuai bunyinya jika dimainkan. Kalian tidak usah ragu, karena permainan ini bisa dimainkan oleh cewek maupun cowok.
Mainan meteklek-teklekan ini bentuknya seperti alas kaki. Bagian bawahnya yaitu tempurung kelapa seperti bola yang dibelah dua. Kira-kira berdiameter 5-10 sentimeter. Dibagian punggungnya diberikan lobang tempat mengikat tali. Tali berfungsi untuk pegangan agar bisa jalan. Tali terbuat dari batang pisang yang sudah dikeringkan. Jika sudah kering, kemudan dijalin hingga terbentuk sebuah tali yang kuat.
Cara memainkannya sangat sederhana. Seperti kita menggunakan sendal. Bagian bawahnya atau tempurung kelapanya kita injak. Ibu jari menjepit tali bagian bawah. Kemudian bagian atas talinya kita pegang dengan kencang. Ketaklak... keteklek..... itulah bunyi yang dikeluarkan ketika sudah berjalan.
Permainan ini bisa kamu mainkan dengan berbagai cara. Misalnya, kamu dapat memainkannya dengan cara berlomba. Perlombaannya seperti lomba lari. Siapa yang bisa cepat sampai tujuan, dialah yang menang. Sobat. Untuk memainkannya tidak mudah. Butuh kesabaran dan keseimbangan tubuh. Jika tidak seimbang, maka kita akan goyah kemudian jatuh.
Musim libur panjang adalah waktu yang tepat untuk bermain. Kalian bisa mencoba permainan ini. Permainan yang sederhana, mudah, dan cukup kreatif. Tidak perlu bingung, Dengan permainan ini kita dapat bermain di mana saja. Sssttt.... asalkan jangan menggunakannya di lantai ya, karena permukaan tempurung kelapa licin. Salah main kita malah terpeleset. Permainan ini dapat kalian maikan di halaman rumah dan lapangan. Ingat ya kawan, ketika memainkannya harus hati-hati agar tidak jatuh. Tunggu apa lagi . Ayo kita coba permainan yang satu ini. Di jamin seru lho.

ALAM PERLU DIOLAH DENGAN TANGAN TERAMPIL





Perkembangan daerah pariwisata di Bali begitu pesat. Tujuan utama wisatawan datang ke Bali adalah menikmati pemandangan alam yang terbentang di sepanjang pulau Bali ini. Selain itu, beberapa wisatawan datang karena tertarik dengan berbagai kesenian yang ad di Bali. Salah satunya adalah kerajinan tangan. Bali memiliki berbagai  seni kerajinan tangan hingga terkenal ke negara – negara terkenal di dunia. Hal tersebut menginspirasi beberapa kesenian dari luar pulau Bali untuk datang menawarkan hasil kerajinannya di pulau Dewata.
Suryono, laki-laki berumur 41 tahun jauh-jauh datang dari Gersik untuk menawarkan berbagai hasil kerajinan tangannya. Ia mengaku sudah kurang lebih dua tahun menetap di Bali untuk mengembangkan usahanya sebagai penjual kerajinan yang terbuat dari bahan-bahan alam. Berbagai pernak-pernik hiasan kamar dapat anda jumpai di toko milik Suryono. Tepatnya di Jalan Ahmad yani,  sebelah barat jembatan Banyuasri. Tempatnya tidak begitu luas tetapi pengunjung yang datang cukup ramai. Kenyamanan berbelanja pun dapat anda nikmati dari keramahan laki-laki yang kerap dipanggil Yono.
Perpaduan antara bambu, rotan, dan eceng gondok menghasilkan berbagai jenis kerajinan. Menurut yono, yang paling kerap di cari oleh konsumen adalah kerpe yaitu rajutan dari bambu yang bisa dipakai sebagai peneduh teras rumah. Kerajinan seni yang lainnya adalah sofa, meja, dan kursi yang terbuat dari rotan dan bambu serta hiasan dari eceng gondok. Semuanya dikerjakan oleh tangan-tangan terampil anak buah dari pak Yono. “ Jika yang sudah terampil, untuk mengerjakan satu kursi berukuran biasa, dikerjakan dalam waktu sehari, tapi jika yang baru belajar bisa mencapai 2-3 hari” ungkap laki-laki berbadan tegap berambut ikal.
Harga yang ditawarkan sangat berpariasi. Lampu kamar yang berukuram minim seharga Rp 55.000 sedangkan yang berukuran besar mencapai Rp. 95.000. Bentuknya pun berbagai ragam jenis, anda juga dapat memesan sesuai keinginan. Pesanan bisa selesai paling lama satu minggu. Jika anda ingin menghiasi kamar dengan segala pernak-pernik alam, tidak usah bingung. Pak Yono menjual berbagai barang yang anda inginkan untuk menghiasi segala sudut kamar anda. Sofa yang berukuran sedang, dijual dengan harga Rp. 900.000 lengkap dengan spons dan berhiaskan rajutan eceng gondok. Jika anda ingin yang lebih murah, anda dapat memilih sofa yang berbahan dasar rotan. Selama ini mungkin baju- baju kotor anda bergelantungan dan mengurangi keindahan kamar anda, sepertinya tempat baju kotor yang ditawarkan oleh pak Yono cocok untuk menambah keindahan kamar anda. Tidak perlu mengeluarkan banyak uang cukup hanya Rp. 75.000 tempat baju yang unik bisa anda dapatkan. “ Harga akan kami sesuaikan jika pembeli membawa desain sendiri. Kami akan tentukan sesuai ukuran yang diminta” ungkap bapak dari 2 orang anak.
Tempat pemasaran barang-barang kerajinan milik Pak Yono hanya sekitar daerah Singaraja. Walaupun demikian Pak Yono mampu menampung hasil kerajinan yang dihasilkan oleh anak buahnya. Terkadang ia juga mengambil barang dari luar untuk menambah variasi 

Rabu, 19 Desember 2012

KAWASAN WISATA PANTAI INDAH

 KAWASAN WISATA PANTAI INDAH

Hamparan sawah yang luas dan berbatasan langsung dengan pantai serta sejuknya udara ketika di sore hari dapat kita jumpai di kawasan Pantai Indah. Bentangan pantai dari timur hingga ke barat yang sangat indah dan ombak yang tenang membuat kawasan ini ramai dikunjungi. Kawasan pantai Indah dapat di temukan melalui dua jalur yaitu  melalui Jln. Pantai Indah, Baktiseraga dan melalui Jln. Pantai Penimbangan. Kawasan pantai indah berbatasan langsung dengan  pantai Penimbangan yang terkenal sebagai tempat nongkrong anak muda singaraja.

Ombak yang tenang dan bersih menjadi alasan utama pengunjung untuk mendatangi kawasan pantai Indah. Pada hari-hari libur, pantai Indah sangat ramai dengan pengunjung. Pengunjung yang datang tidak hanya dari daerah setempat. Namun, tak jarang hingga dari daerah luar Singaraja. Pengunjung yang datang tak mau melewatkan kesempatan untuk mandi sambil melakukan aktivitas olahraga air karena disekitar areal pantai terdapat tempat untuk menyewa segala peralatan olahraga air, seperti Kano.

Pantai Indah sering juga digunakan sebagai tempat praktek kuliah outbon oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Undiksha. Berbagai modifikasi olahraga dapat mereka lakukan di sepanjang kawasan Pantai Indah. Hal ini tentu membawa keuntungan bagi sejumlah pedagang yang berjualan di tempat ini. Salah satu pedagang mengatakan “sejak semakin dikenalnya kawasan pantai Indah oleh berbagai kalangan masyarakat, kawasan ini menjadi lebih ramai dan memberikan sedikit rezeki bagi kami untuk menjual makanan walaupun tetap keuntungan yang kami dapatkan tidak begitu besar” ungkap salah seorang penjual tipat tahu. 

 

 

Berbeda halnya jika datangnya musim hujan. Ombak di pantai ini sangat besar dan ganas. Sehingga pengunjung tak ada yang berani untuk datang. Kiriman sampah yang datang membuat kawasan pantai Indah menjadi kotor. Para dagang pun tak ada yang datang untuk berjualan. Akhirnya kawasan ini seperti tertutup dari berbagai aktivitas karena tidak ada pengunjung yang datang. Warga yang berada di sekitar kawasan pantai Indah berkewajiban untuk turun langsung membersihkan kawasan ini ketika keadaan ombak sudah mulai tenang.  Pak Agung yang merupakan salah satu ketua RT Pantai Indah mengatakan “Kami warga pantai Indah kelurahan Baktiseraga memiliki kewajiban untuk selalu menjaga kebersihan Pantai, sehingga setiap RT bergiliran membersihkan areal pantai setiap minggunya”.

 


Rabu, 05 Desember 2012

TRADISI MEBUBU


                                                 TRADISI MEBUBU

Desa Pikat terdiri dari lima banjaran. Salah satu banjar di desa tersebut memiliki tradisi yang berbeda ketika malam pengerupukan  hari raya nyepi. Banjar tersebut yakni banjar gelogor. Banjaran ini terletak di perbatasan utara desa. Di banjar Gelogor tersebut memiliki satu tradisi yang cukup terbilang unik, karena berbeda dengan desa yang lainnya. Tradisi tersebut adalah Mebubu.
Bubu adalah suatu kreativitas seni yang dibuat oleh sekumpulan masyarakat. Bubu terbuat dari daun kelapa yang sudah kering atau dalam bahasa bali disebut Danyuh. Bubu tersebut dibuat satu minggu sebelum malam pengerupukan. Dengan berbahan dasar danyuh maka dari sebulan sebelum hari raya nyepi masyarakat sudah mulai mengumpulkan danyuh.
Ukuran bubu sangat berpariasi. Dahulu, ukuran  bubu di banjar Gelogor  tidak begitu besar. Karena masing-masing kepala keluarga mengeluarkan  satu buah bubu. Berbeda dengan sekarang. Generasi muda di banjar Gelogor mengembangkan kretivitas membuat bubu dengan ukuran dua kalilipat lebih besar dari bubu biasanya.
Jumlah danyuh yang diperlukan mencapai 700 pelepah daun kelapa. Dengan begitu, berat satu buah bubu mencapai 500 kg. Dalam pembutan bubu diperlukan ketelatenan untuk mengikat ratusan danyuh agar tidak mudah lepas ketika di angkat. Tali yang digunakan tidak sembarangan,
melainkan harus menggunakan tali dari bambu  dalam bahasa bali disebut tali tutus. Ketika sudah selesai bubu diangkat dengan menggunakan sejumlah bambu atau sanan dengan posisi lurus kanan kiri. Jumlah anggota yang akan mengangkat bubu tergantung dari besar kecilnya bubu. Jika berat bubu mencapai 500 kg, maka yang mengangkatnya sampai 20 orang. dengan adanya kepercayaan terhadap suatu budaya mistis. Berat bubu ketika belum mendapat tirta berbeda dengan berat setelah mendapatkan tirta.  Sehingga tidak jarang sejumlah bubu sampai tidak bisa diangkat  sehingga cenderung dieret.
Bubu diangkat dari perbatasan desa sampai menuju setra. Berbeda dengan pengerupukan yang menggunakan ogoh-ogoh. Bubu diangkat ketika tepat jam 24.00 wita. Ketika tirta dari pura dalem sudah datang atau rauh dan menunjukkan waktu yang tepat maka acara mebubu dimulai dan orang yang akan mengangkat bubu mendapatkan wangsuh tirta. Selanjutnya bubu mulai di hidupkan dan di angkat menuju ke setra.
Di sepanjang perjalanan menuju setra, bubu diiringi dengan gamelan bale ganjur yang menambah semangat para pemuda untuk mengangkat  bubu.  Masyarakat juga ikut serta mengiringi perjalanan bubu, bahkan tidak jarang masyarakat yang dari luar banjar gelogor ikut meramaikan karena mereka juga penasaran dengan tradisi mebubu.
Di setra sudah disediakan tempat untuk menaruh kepala sapi lengkap dengan sesajen yang lainnya. Ketika bubu sudah sampai, satu persatu bubu diletakkan dibawah punggalan kepala sapi. Ikatan bubu dilepas dan satu persatu danyuh dilemparkan  ke api yang sedang  menyala besar.  Didalamnya terdapat punggalan sapi. Punggalan sapi tersebut didapatkan dengan cara menjawat, atau pemangku dalem mendatangi warga yang memiliki sapi. Hanya pemangku dalem yang mengetahui sapi yang mana layak untuk dijadikan sebuah punggalan.
Selama 2 jam, bubu sudah mulai habis terbakar. Kini kesempatan para warga untuk mencari punggalan sapi kedalam api yang masih menyala dengan menggunakan arit. Keberanian warga memasuki kobaran api yang besar menjadi daya tarik  bagi warga yang belum pernah menonton tradisi Mebubu. Selama kurang lebih 30 menit  punggalan sapi akan ditemukan  oleh salah satu warga. Dengan ditemukannya punggalan sapi tersebut acara mebubu akan selesai. Tradisi ini mencapai pukul 02.00 pagi. Selanjutnya masyarakat kembali pulang kerumah masing-masing, sebelumnya masyarakat nunas tirta dan bekas danyuh bubu sekaligus api dari bubu yang digunakan untuk membersihkan bhuta kale di rumah masing-masing.