Rabu, 05 Desember 2012

TRADISI MEBUBU


                                                 TRADISI MEBUBU

Desa Pikat terdiri dari lima banjaran. Salah satu banjar di desa tersebut memiliki tradisi yang berbeda ketika malam pengerupukan  hari raya nyepi. Banjar tersebut yakni banjar gelogor. Banjaran ini terletak di perbatasan utara desa. Di banjar Gelogor tersebut memiliki satu tradisi yang cukup terbilang unik, karena berbeda dengan desa yang lainnya. Tradisi tersebut adalah Mebubu.
Bubu adalah suatu kreativitas seni yang dibuat oleh sekumpulan masyarakat. Bubu terbuat dari daun kelapa yang sudah kering atau dalam bahasa bali disebut Danyuh. Bubu tersebut dibuat satu minggu sebelum malam pengerupukan. Dengan berbahan dasar danyuh maka dari sebulan sebelum hari raya nyepi masyarakat sudah mulai mengumpulkan danyuh.
Ukuran bubu sangat berpariasi. Dahulu, ukuran  bubu di banjar Gelogor  tidak begitu besar. Karena masing-masing kepala keluarga mengeluarkan  satu buah bubu. Berbeda dengan sekarang. Generasi muda di banjar Gelogor mengembangkan kretivitas membuat bubu dengan ukuran dua kalilipat lebih besar dari bubu biasanya.
Jumlah danyuh yang diperlukan mencapai 700 pelepah daun kelapa. Dengan begitu, berat satu buah bubu mencapai 500 kg. Dalam pembutan bubu diperlukan ketelatenan untuk mengikat ratusan danyuh agar tidak mudah lepas ketika di angkat. Tali yang digunakan tidak sembarangan,
melainkan harus menggunakan tali dari bambu  dalam bahasa bali disebut tali tutus. Ketika sudah selesai bubu diangkat dengan menggunakan sejumlah bambu atau sanan dengan posisi lurus kanan kiri. Jumlah anggota yang akan mengangkat bubu tergantung dari besar kecilnya bubu. Jika berat bubu mencapai 500 kg, maka yang mengangkatnya sampai 20 orang. dengan adanya kepercayaan terhadap suatu budaya mistis. Berat bubu ketika belum mendapat tirta berbeda dengan berat setelah mendapatkan tirta.  Sehingga tidak jarang sejumlah bubu sampai tidak bisa diangkat  sehingga cenderung dieret.
Bubu diangkat dari perbatasan desa sampai menuju setra. Berbeda dengan pengerupukan yang menggunakan ogoh-ogoh. Bubu diangkat ketika tepat jam 24.00 wita. Ketika tirta dari pura dalem sudah datang atau rauh dan menunjukkan waktu yang tepat maka acara mebubu dimulai dan orang yang akan mengangkat bubu mendapatkan wangsuh tirta. Selanjutnya bubu mulai di hidupkan dan di angkat menuju ke setra.
Di sepanjang perjalanan menuju setra, bubu diiringi dengan gamelan bale ganjur yang menambah semangat para pemuda untuk mengangkat  bubu.  Masyarakat juga ikut serta mengiringi perjalanan bubu, bahkan tidak jarang masyarakat yang dari luar banjar gelogor ikut meramaikan karena mereka juga penasaran dengan tradisi mebubu.
Di setra sudah disediakan tempat untuk menaruh kepala sapi lengkap dengan sesajen yang lainnya. Ketika bubu sudah sampai, satu persatu bubu diletakkan dibawah punggalan kepala sapi. Ikatan bubu dilepas dan satu persatu danyuh dilemparkan  ke api yang sedang  menyala besar.  Didalamnya terdapat punggalan sapi. Punggalan sapi tersebut didapatkan dengan cara menjawat, atau pemangku dalem mendatangi warga yang memiliki sapi. Hanya pemangku dalem yang mengetahui sapi yang mana layak untuk dijadikan sebuah punggalan.
Selama 2 jam, bubu sudah mulai habis terbakar. Kini kesempatan para warga untuk mencari punggalan sapi kedalam api yang masih menyala dengan menggunakan arit. Keberanian warga memasuki kobaran api yang besar menjadi daya tarik  bagi warga yang belum pernah menonton tradisi Mebubu. Selama kurang lebih 30 menit  punggalan sapi akan ditemukan  oleh salah satu warga. Dengan ditemukannya punggalan sapi tersebut acara mebubu akan selesai. Tradisi ini mencapai pukul 02.00 pagi. Selanjutnya masyarakat kembali pulang kerumah masing-masing, sebelumnya masyarakat nunas tirta dan bekas danyuh bubu sekaligus api dari bubu yang digunakan untuk membersihkan bhuta kale di rumah masing-masing.


2 komentar:

  1. terima kasih untuk ulasan ini. KApan ritual ini dilakukan biasanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ritual ini dilaksanakan setiap malam pengerupukan (sehari sebelum hari raya nyepi)

      Hapus